Selasa, 23 September 2014

bapak tua pedagang amplop

hari itu saya menuju ke Masjid  untuk shalat Jumat, saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan  setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop. Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.


Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid  seolah tidak mempedulikan kehadiran bapak tua itu.


Kemarin ketika hendak shalat Jumat  saya melihat bapak tua itu lagi sedang duduk terpekur. Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Yaaah, sekedar ingin membantu bapak itu melariskan dagangannya. saya menghampiri bapak tadi. Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkusa plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih. Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya. Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi bapak tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya.


Bapak itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak.

Rabu, 03 September 2014

padamau yg kucintai dari jauh dan dengan doa

Jika suatu hari kamu rindu dan ragaku terlalu jauh untuk kamu gapai,
berdoalah..
Agar aku dikuatkan, atau kita diberikan rezeki berlebih untuk bertemu.

Jika suatu hari kamu merasa tersisihkan karena semua kesibukanku,
mengertilah..
Aku disini berusaha, agar kelak kita bisa bersama dan kita tak perlu bekerja terlalu keras seperti ini, untuk membayar semua waktu saat kita terpisah seperti ini.

Jika suatu hari kamu tidak yakin akan semua yang Tuhan sekenariokan untuk kita,
berusahalah..
Agar kita bisa diberikan jalan, atau setidaknya diberikan kemantapan hati untuk melalui apa yang sebenarnya begitu ganjil untuk dijalani. Mencintai dari jauh..

Jika suatu hari kamu membuka mata dan mendapati bayangan diriku tak ada disana,
bersabarlah..
Akan datang waktu, dimana jarak terjauh dari aku tak dapat melihatmu adalah ketika saling berpunggungan ketika tidur.

Jika suatu hari kamu mencari sosok untuk kamu rengkuh dengan erat dan sempurna,
cobalah tetap tenang..
Biarlah malaikat yang menjaga langkahmu, biarlah sayapnya menggenggammu erat dan membuatmu aman. Aku yakin, malaikat menyayangi mereka yang mencintai tanpa syarat.