Gw lahir dari keluarga sederhana yang kalo butuh apa-apa kudu mandi keringet 2 ember dulu.
Orang tua gw selalu bilang, ‘obat miskin itu sekolah dam‘. Makanya, sebisa mungkin mereka bekerja keras biar gw bisa sekolah tinggi.
Gw beruntung punya orang tua seperti mereka, karena gak banyak orang tua di garis ekonomi menengah ke bawah kepikiran buat mengubah nasib keturunannya. Alhamdulillah.
Beberapa hari lalu gw baca semacam short article yang ngebahas tentang probabilitas keberhasilan anak orang kaya vs anak orang miskin.
Sangat disayangkan, angka keberhasilan anak orang miskin di Indonesia belum ada datanya, tapi di negara kayak Amerika angkanya 7%, Denmark 11%, & Kanada 13% (sumber: Scarcity, Mullainathan & Shafir). Besaran kemungkinan anak orang miskin jadi orang kaya ternyata kecil.Tapi bisa jadi angka di Indonesia lebih besar, kenapa? Di Indonesia, orang bodoh aja bisa terkenal, belum lagi anak-anak alay yang punya banyak follower, terus jadi celebgram, buka channel youtube, terus jualan produk. Kamu boleh ngangguk sepakat, tapi at least mereka ada usahanya & menghasilkan.
Kita abaikan dulu anak-anak alay itu. Hush hush. *cuci pake tanah
Seandainya di Indonesia angkanya tetep kecil, maka kalo kamu bukan anak direktur, anak pejabat, atau anak boss perusahaan besar, kamu harus extra berjuang. Karena gw yakin, persentase yang kecil itu diisi sama orang-orang yang persisten sama apa yang mau mereka capai.
Seandainya persentasenya gede, artinya gampang dong jadi orang kaya? Padahal nggak sama sekali, dan kabar baiknya, walau kemungkinannya kecil, di situ tetep ada kemungkinan, there’s still a chance.
Nah, kenapa anak orang miskin masih bisa ‘naik level’? Karena …
Anak Orang Miskin Nggak Punya Banyak Pilihan, Kecuali Extra Berjuang
Dipikir-pikir, mana lebih enak, jadi anak orang kaya atau anak orang miskin? YA JADI ANAK ORANG KAYA LAH!
Hehe, secara logika, jelas.
Anak orang kaya jauh lebih enak daripada anak orang miskin, ibaratnya dari bayi dia gak bakal pernah kekurangan makan. Apalagi kalo sakit, anak orang miskin kalo sakit sampe batuk-batuk berdarah tetep dibiarin sampe sembuh, beda sama anak orang kaya, cuma bersin-bersin doang mereka bisa dilariin ke UGD.
Akses pendidikan jelas beda, anak orang kaya mau milih sekolah di mana pasti dikasih, sedangkan anak orang miskin, jangankan disuruh milih, bisa maen bola plastik di lapangan sekolah aja udah girang banget.
Jelas data-data di atas membuktikan kalo peluang anak orang miskin biar bisa jadi kaya, angkanya kecil –karena keterbatasan akses, dan karena mereka nggak punya pilihan lain.
Seenggaknya anak orang kaya punya 2 pilihan; males-malesan atau terus berusaha keras. Sedangkan anak orang miskin cuma dikasih 1 pilihan; harus berusaha keras, biar hidup nggak miskin terus.
Makanya ketika kuliah dulu, ketika gw ngeliat temen anak orang kaya yang males-malesan, pergaulannya kagak jelas, masa depannya kagak dipikirin, daftar beasiswa padahal mampu, dah gitu uang beasiswa buat foya-foya, buset dah,
Anak Orang Kaya Yang Males, Dalam Jangka Panjang, Mereka Bisa Miskin & Lebih Parah
Nggak dipungkiri, CEO-CEO yang sekarang mentereng dengan bisnis start up-nya (kalo diliat dari biografi) mereka lulusan universitas mentereng dunia, entah jebolah Harvard, Oxford, atau UNILA. Ya… logikanya kalo bukan beasiswa atau anak orang kaya, mana mungkin mereka bisa sekolah di sana.
Orang-orang kayak gitu tuh, anak orang kaya yang memanfaatkan keberuntungan mereka dengan baik, ibaratnya mereka nyadar kalo kekayaan orang tuanya juga bisa abis. Atau seenggaknya, orang tua mereka berhasil ngajarin supaya nggak bergantung terus sama kekayaan keluarga.
Artinya, anak orang kaya yang masa mudanya males, manja, dan terbiasa sama fasilitas yang serba ada, justru bahaya buat dia dalam jangka waktu panjang.
Kasusnya banyak terjadi, di masa tuanya broken, gatau mau ngapain, asset & warisannya dah pada dijual cuma buat bertahan dengan gaya hidup, dan rela ngutang karena gengsi yang terlanjur tinggi, malu kalo jatoh miskin, kasus paling parah: bunuh diri.
GW pernah diceritain sama bokap tentang 2 orang yang kaya raya dan warisannya.
Orang kaya pertama ketika dia meninggal, dia mewarisi anak-anaknya dengan semua kekayaannya, sedangkan orang kaya kedua, dia membekali anak-anaknya dengan ilmu & tauladan yang baik, dan ketika dia meninggal, dia wakafin semua hartanya, dan hanya mewarisi sebagian kecil buat anak-anaknya.
“Dih, kejem banget itu orang tua ya yah?”
“Ceritanya belum beres nih.”
“O.. iya iya.”
“Ceritanya belum beres nih.”
“O.. iya iya.”
Kemudian, anak-anak orang kaya tadi hidupnya jadi males, manja, dan gak mau usaha, di ujung cerita, semuanya jadi miskin. Sedangkan anak yang kagak dibekalin kekayaan tadi, semuanya jadi ulama, saudagar, punya toko jersey bola dan tokoh-tokoh dunia.
“Wuih, seru ya yah”
“Iya dong. Nah, pesan moralnya: kamu jangan minta warisan sama ayah ya.”
“Lah… gitu.”, muka gw kecut.
“Iya dong. Nah, pesan moralnya: kamu jangan minta warisan sama ayah ya.”
“Lah… gitu.”, muka gw kecut.
Anak orang kaya vs anak orang miskin, mana yang lebih sukses?
Secara data, udah dijelasin di atas, kalo anak orang kaya jelas punya peluang lebih besar. Tapi data di atas nggak membahas hubungan kesuksesan dengan kekayaan keluarga, tapi hubungan kesuksesan antara akses pendidikan dan kesehatan yang lebih gampang didapet anak orang kaya.
Artinya, anak orang kaya vs anak orang miskin, keduanya punya peluang sukses yang sama, kalo mereka memperkaya dan terus mengembangkan diri dengan ilmu dan informasi.
Setiap orang mungkin punya DNA jadi sukses, artinya, setiap orang baik anak orang kaya atau miskin, siapa pun punya peluang jadi berhasil, asalkan mereka nggak menyerah dalam setiap proses.
Jadi, kalo kamu masih ngeluh gini, “Duh, beruntung banget yang orang tuanya kaya, butuh modal jadi lebih gampang, … “, ini artinya kamu, 1) nggak ada DNA orang sukses, 2) nggak mensyukuri nikmat ALLAH.
Ada keuntungan jadi anak orang miskin dan ini keuntungan yang gak dimiliki anak orang kaya, yaitu; kita terbiasa susah, dan karena terbiasa susah kita jadi lebih kuat menghadapi masa-masa sulit.
Bersyukurlah sama ALLAH atas semua Yang Dia berikan. Tetap bercita-cita jadi orang sukses, baik kamu anak orang miskin atau kaya. Karena kemiskinan bisa Dia ubah jadi kekayaan, dan kekayaan bisa Dia ambil sesuka hati.
Orang kaya zaman now, mereka kaya bukan karena warisan keluarga, tapi karena mereka punya ilmunya. Keep learning!