Kita tidak pernah benar-benar jatuh cinta. Hadirmu adalah sekelebat
kagum yang sialnya tidak bisa sirna dalam hitungan hari. Pertemuan kita
terjadi beberapa tahun lalu. Saat itu aku dan kamu berteduh di pinggir jalan menunggu hujan reda. Tidak ada
debar spesial, percakapan hanya bergulir seputar hal-hal kesukaan.
Gerimis menuntun kita untuk berpindah tempat. Sebuah kafe kecil menjadi saksi percakapan pertama kita yang dibungkus hujan deras dan langit gelap. Senyumku memuai di balik remang. Tawamu melebur diiringi ombak dengan debur bertabur. Tak ada harapan setelah hari itu. Tak ada janji ingin bertemu lagi. Kita hanyalah dua orang asing yang dipertemukan oleh situasi. Aku yang berteduh karena hujan lebat dan kamu pun begitu. sejak hari itu itu aku melupakanmu. Dan sialnya kamu tidak begitu.
selang sehari mengiringi kepulanganku. usai saat kau anggap pertemuan kita adalah awal. Kau tunggu aku di kafe tempat kita berbagi canda kemarin. Aku tertegun heran. Tapi buatmu ternyata tak ada yang terlalu pagi untuk menunggu. Kita bertukar senyum. Aku memendam kagum. Kamu memberi sepotong kata ‘selamat tinggal’, aku membalasnya dengan ‘sampai bertemu lagi’.
Aku melupakanmu. Keseharian yang padat membuatku amnesia terhadap hal-hal kecil yang terjadi sepanjang lalu, sampai suatu hari ketika kuterima sebuah pesan. Kau bilang ingin bertemu aku lagi. Dalam diam aku senang tak terkendali. Bertemu denganmu adalah harapan yang tak terucap. Bertemu denganmu adalah kemustahilan yang tak berani aku harap. Kita bertemu di kotamu. kau menemaniku menjelajahi setiap sudut kota. Kita berdua bercerita apa saja, menertawakan apa saja.
Kita, dua orang asing yang menikmati persahabatan ternyata terjerembab pada kenyataan bahwa ini takkan berakhir pada persahabatan abadi. Kau mengutarakan cinta. Aku diam seribu bahasa. Kau tidak meminta jawaban, aku tidak punya jawaban. Klop! Kita memang serasi.
Waktu akhirnya memaksaku untuk pergi. Meninggalkanmu dengan seribu tanya. Ragaku pergi, kenanganku tidak. Dalam jarak kita terkadang berbagi cerita. Kau yang sudah tidak di kotamu lagi, akupun yang berpindah kota. Kadang aku merindukan senyum tipismu di balik rambut hitam lurus panjang terurai. Terkadang aku merindukan aroma vanila yang memuai dari tubuhmu yang liat.
"I would love to see you again."
"I would love to drive with you again."
Kita tidak akan tahu apakah kita bisa bertemu lagi. Aku tidak bisa mengejar kemana kau pergi. Tapi kau selalu tahu dimana kau bisa menemukanku.
Aku tidak tahu apakah kau masih punya cinta, sama seperti aku yang ragu bahwa ini hanyalah rindu tentatif saja. Tapi bagaimanapun itu, aku berterima kasih kepada semesta yang telah bekerja sama mempertemukan kita.
One day..
We would meet, again.
Gerimis menuntun kita untuk berpindah tempat. Sebuah kafe kecil menjadi saksi percakapan pertama kita yang dibungkus hujan deras dan langit gelap. Senyumku memuai di balik remang. Tawamu melebur diiringi ombak dengan debur bertabur. Tak ada harapan setelah hari itu. Tak ada janji ingin bertemu lagi. Kita hanyalah dua orang asing yang dipertemukan oleh situasi. Aku yang berteduh karena hujan lebat dan kamu pun begitu. sejak hari itu itu aku melupakanmu. Dan sialnya kamu tidak begitu.
selang sehari mengiringi kepulanganku. usai saat kau anggap pertemuan kita adalah awal. Kau tunggu aku di kafe tempat kita berbagi canda kemarin. Aku tertegun heran. Tapi buatmu ternyata tak ada yang terlalu pagi untuk menunggu. Kita bertukar senyum. Aku memendam kagum. Kamu memberi sepotong kata ‘selamat tinggal’, aku membalasnya dengan ‘sampai bertemu lagi’.
Aku melupakanmu. Keseharian yang padat membuatku amnesia terhadap hal-hal kecil yang terjadi sepanjang lalu, sampai suatu hari ketika kuterima sebuah pesan. Kau bilang ingin bertemu aku lagi. Dalam diam aku senang tak terkendali. Bertemu denganmu adalah harapan yang tak terucap. Bertemu denganmu adalah kemustahilan yang tak berani aku harap. Kita bertemu di kotamu. kau menemaniku menjelajahi setiap sudut kota. Kita berdua bercerita apa saja, menertawakan apa saja.
Kita, dua orang asing yang menikmati persahabatan ternyata terjerembab pada kenyataan bahwa ini takkan berakhir pada persahabatan abadi. Kau mengutarakan cinta. Aku diam seribu bahasa. Kau tidak meminta jawaban, aku tidak punya jawaban. Klop! Kita memang serasi.
Waktu akhirnya memaksaku untuk pergi. Meninggalkanmu dengan seribu tanya. Ragaku pergi, kenanganku tidak. Dalam jarak kita terkadang berbagi cerita. Kau yang sudah tidak di kotamu lagi, akupun yang berpindah kota. Kadang aku merindukan senyum tipismu di balik rambut hitam lurus panjang terurai. Terkadang aku merindukan aroma vanila yang memuai dari tubuhmu yang liat.
"I would love to see you again."
"I would love to drive with you again."
Kita tidak akan tahu apakah kita bisa bertemu lagi. Aku tidak bisa mengejar kemana kau pergi. Tapi kau selalu tahu dimana kau bisa menemukanku.
Aku tidak tahu apakah kau masih punya cinta, sama seperti aku yang ragu bahwa ini hanyalah rindu tentatif saja. Tapi bagaimanapun itu, aku berterima kasih kepada semesta yang telah bekerja sama mempertemukan kita.
One day..
We would meet, again.
kadang oarang belum sempet kita miliki itu lebih dalem ya bang kenangannya ketimbang mantan kita sendiri yg udah pernah menjalin hubungan dengan kita :(
BalasHapuskeren tulisannya bang
yups bener juga sih :)
Hapusgue lagi galau nih bang sama gebetan, doi deketin gw tapi kok gue ngerasa dan liat liat dia masih ngeharapin mantanya plus galauin mantanya bang ?
BalasHapuspadahal gue sayang dan ngerasa beda kalo di deket gue, gue berasa dia bakal jadi jodoh gw bang <
kasih pencerahan dong bang
emm mungkin perasaan lo ke gebetan lo cuma tenatif sesaat, namanya juga sama gebetan pasti ngeliatnya gak ada cacat nya dan sempurna di mata lo.
Hapussaran gw sih slow aja dulu tapi kalo udah kebukti dia masih galauin mantanya mending lo ikhlasin dah lepasin aja, toh kalian kan masih bisa jadi pacar.
keren tulisannya, pengalaman pribadi kah ?
BalasHapusemmm kasih tau gak ya :p
Hapusbang kenapa lu kuliah gak ngambil jurusan psikolog aja lah, kayaknya cocok bang ?
BalasHapusemm kalo waktu bisa di ulang sih gw bakal ngambil jurusan dokter dan bakal jadi dokter bedah anak, kalo psikologi enak juga sih kerjanya nyelesaian masalah orang kayaknya puas aja liatnya hehe
Hapusbang tanya sih ? cara pedekate yg buat gak sakit hati itu gmana ?
BalasHapusthanks
kuncinya satu, ikhlas, ikhlas jadi pacar atau ikhlas cuma jadi temen.
HapusBuat buku aja dam, sklian dseriusin gtu..
BalasHapusKeren lho tulisan2'y..
maunya sih sil, doain aja yaww hehe
Hapuskeren tulisannya dam sukaaaaa
BalasHapusterima kasih lia :)
Hapus