Rabu, 11 Juni 2014

nyaman sendiri tapi (tampaknya) berdua lebih indah :)

Saya selalu memahami kesepian sebagai suatu waktu di mana di detik itu, saya tidak punya satu pun telinga atau pegangan yang bisa saya percaya untuk berbagi kekhawatiran. Tidak peduli, ketika itu saya tengah duduk di pingir jalan di tengah-malam bermain bersama segerombolan teman, atau pun di saat saya tengah berada di bawah pesta kembang api perayaan tahun baru. Sepi, senantiasa mampu terjadi.
                  
Untuk orang seperti saya, yang punya banyak sekali hal yang harus saya simpan dalam diam, bahkan sejak saat kecil saya terbiasa melakukannya, terkadang saya menjadi begitu sulit untuk menceritakan perihal luka-luka yang tengah saya rasakan kepada yang selain Tuhan. Saya selalu tahu, bahwa ketika saya sedih, saya hanya perlu waktu untuk membiarkan rasa menyakitkan itu memudar, tapi melewatinya, tak jarang mengharuskan saya untuk bertemu dengan sepi. Walau sekejap, kesepian selalu mampu menelan hati saya bulat-bulat. Dan perasaan itu, terasa begitu tidak baik. Jujur saja, saya tidak pernah menyukainya. Lagi pula, siapa manusia yang bahagia berteman dengan kesepian?

Saya bukan seorang pria pemurung, saya selalu memilih terlihat baik-baik saja, itu persoalannya. Kalau kamu juga adalah manusia yang setipe dengan saya, kamu harus ingat satu hal; setelah segala jenis luka dan kesepian yang berhasil dilewati, sesekali mencoba meletakkan tanganmu di genggaman orang lain bukanlah hal yang memalukan. Belajar mempercayakan sesuatu kepada orang lain bukanlah hal yang buruk. Jangan karena hidup kerap menuntutmu untuk selalu lebih kuat dan lebih kuat, maka kamu tidak boleh tampak lemah barang sesekali saja. Tentu saja menjadi lebih kuat dari kebanyakan orang itu baik, tapi beda ceritanya kalau yang terjadi justru sok kuat.

Beberapa orang, mungkin termasuk saya, yang terbiasa menyimpan banyak hal sendirian, kerap membiarkan sepi terlalu lama menetap, yang justru berpotensi membangun dinding-dinding lain di dalam hati. Kalau dinding itu kamu biarkan terus berdiri, lapisannya akan semakin tebal dan bahkan hingga di suatu ketika, sayang macam apa pun yang mencoba masuk, tak mampu lagi menembusnya. Tentu saja itu bukanlah hal bijaksana untuk diteruskan.

Temukanlah dia yang mampu membuatmu semakin menyayangi dirimu sendiri, dan paham bahwa; memiliki kelemahan itu bukanlah dosa.

Saya pernah dikecewakan, dibohongi, diharuskan menyimpan sesuatu yang menyakitkan seorang diri, karena apabila saya bicara, hal itu akan membuat kesedihan bebas merentangkan sayapnya ke hati-hati lain yang saya sayangi. Melukai lebih banyak hati, saya tak ingin melakukannya. Dan itu semua membuat saya harus selalu berusaha sekuat tenaga mengingatkan diri sendiri, bahwa saya tidak boleh jadi seseorang yang terlalu takut untuk berjalan bersama genggaman seseorang lain. Tidak semua genggaman akan menuntun saya ke arah yang akan membuat saya tersesat. Tuhan selalu menyediakan mereka yang bersedia menuntun saya ke rumah yang lebih baik.

Jujur saja, sejak saya kecil, saya punya banyak sekali alasan untuk menjadi anak yang nakal, atau seseorang yang membenci Tuhan saya sendiri. Tapi saya tidak pernah membiarkan hal seperti itu terjadi. Tidak akan pernah. Saya sudah melihat kenakalan anak muda macam apa pun yang kamu bisa lihat di berita-berita di televisi. Minum? Narkoba? Overdosis? Percobaan bunuh diri? Well, yang seperti itu pernah terjadi di hadapan mata saya sendiri. Dan isinya hanya kekosongan. Saya tidak pernah menganggap ini semua sebagai kemalangan, Tuhan begitu baik pada saya. Dia menunjukkan dengan jelas mana yang salah dan yang benar, walau melewatinya tidak mudah, setidaknya saya tidak perlu melakukan hal bodoh macam itu. Dikecewakan dan tidak menerima penjelasan? Saya juga sudah kenyang. Jadi kalau ada wanita yang pernah berpikir, berhasil membuat saya patah hati. Percayalah, rasa sakit patah hati tidak ada apa-apanya dibanding patah hidup. Tapi betapa pun hal itu pernah mengganggu saya, membuat saya depresi dan jadi anak kecil yang aneh sewaktu saya kecil. Saya tidak pernah mau membiarkan diri saya, menjadi seseorang yang tumbuh tanpa mampu percaya pada siapa pun. 

Namun satu yang saya pahami, manusia, tidak dilahirkan untuk berdiri sendiri, walau dia punya sepasang kaki yang membuatnya mampu berjalan. Berjalan sendirian di tengah bumi ini tidak akan pernah memberimu cerita apa-apa. Hidup hanya berjalan untuk berakhir. Itu sangat menyedihkan. Saya tidak ingin mengalami yang demikian. Saya tidak akan pernah membiarkan diri saya memilih hidup seperti itu.

Bersama, bukanlah soal kau tidak bisa berdiri tegak bila mengandalkan kakimu sendiri. Tapi bersama adalah tentang langkahmu yang tak kau biarkan berteman bayangannya saja, dan hanya berjalan tanpa ganggaman siapa pun.

Bukankah akan sangat baik, ketika kamu berjalalan dan menoleh, lalu selalu ada wajah yang setia memberikan senyumnya untukmu? :)

Memiliki kelemahan bukanlah dosa, pernah melewati hal buruk juga bukanlah cela, begitu pun memerlukan seseorang untuk berpegangan, bukanlah hal yang memalukan. Kelak, akan ada seseorang yang mampu membuatmu memahaminya. 


Bahwa segala hal akan baik-baik saja, selama kalian bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar dilarang menggunakan unsur SARA !