beberapa tahun ini lagi meriah meriahnya para wanita
menggunakan hijab, gak di jalan, gak di sekolah, gak di kampus, gak di kantor,
kemana arah mata ini tertuju pasti mata ini menangkap ada wanita yang alhamdulilah
sudah menggunakan hijab. beda di zaman saya TK, SD, SMP penggunaan jilbab di
kalangan wanita Indonesia sangat sangat minim, oke anggaplah di Zaman itu
penggunaan hijab gak minim tapi setidaknya penggunaan jilbab tidak sebanyak 3-6
tahun yang lalu. Sebagai manusia yang memeluk Islam Apakah saya senang dengan
perubahan ini ?
tentu iyaa, tapi ada “tapi”. penggunaan jilbab 2-3 tahun belakangan ini cukup menghawatirkan ada yang “janggal” dengan penggunaan jilbab di sekitar kita.
Saya memang bukan ahli agama, bukanya juga pengamat hijabers tetapi karena saya merupakan anak laki satu2nya di keluarga karena sisanya semua wanita (kecuali ayah saya) jadi ya sadar atau tidak saya melihat perkembangan jilbab yang di gunakan wanita. Dan menurut pandangan saya penggunaan jilbab di Indonesia sudah melunturkan nilai-nilai Islam atau kesederhanaan Islam itu sendiri.
tentu iyaa, tapi ada “tapi”. penggunaan jilbab 2-3 tahun belakangan ini cukup menghawatirkan ada yang “janggal” dengan penggunaan jilbab di sekitar kita.
Saya memang bukan ahli agama, bukanya juga pengamat hijabers tetapi karena saya merupakan anak laki satu2nya di keluarga karena sisanya semua wanita (kecuali ayah saya) jadi ya sadar atau tidak saya melihat perkembangan jilbab yang di gunakan wanita. Dan menurut pandangan saya penggunaan jilbab di Indonesia sudah melunturkan nilai-nilai Islam atau kesederhanaan Islam itu sendiri.
Islam itu identik sama kesederhanaan. Sejak jaman hijabers
dan ala ala Dian Pelangi beberapa tahun terakhir Islam jadi identik dan terkesan mahal dan mewah dengan jilbab dan baju yang
ada di butik.
Pernah saya baca di salah satu buku jadi pada tahun 80-90an, pemakaian jilbab itu bentuk perlawanan ke pasar mode internasional, rezim, mainstream. Kita tahu produk2 pakaian mode sangat mahal dan terkesan mengkotak kotakan manusia (di sini khusunya wanita) dengan pakaian yang mahal tersebut maka ada jurang sekat dan batas antara pemakai pakian mahal dengan pemakai pakaian sederhana atau menjurus tidak mode atau miskin. Maka dari itu kaum wanita di era 80-90 an bergerak atau melawan rezim tersebut dengan menggunakan hijab atau jilbab yang sederhana yang sesuai aturan dan ciri islam. Lha kalau jilbab ala hijabers yg mahal-mahal beberapa tahun sekarang ini, perlawanannya dimana? Apa Cuma untuk gaya-gayaan ?
Pernah saya baca di salah satu buku jadi pada tahun 80-90an, pemakaian jilbab itu bentuk perlawanan ke pasar mode internasional, rezim, mainstream. Kita tahu produk2 pakaian mode sangat mahal dan terkesan mengkotak kotakan manusia (di sini khusunya wanita) dengan pakaian yang mahal tersebut maka ada jurang sekat dan batas antara pemakai pakian mahal dengan pemakai pakaian sederhana atau menjurus tidak mode atau miskin. Maka dari itu kaum wanita di era 80-90 an bergerak atau melawan rezim tersebut dengan menggunakan hijab atau jilbab yang sederhana yang sesuai aturan dan ciri islam. Lha kalau jilbab ala hijabers yg mahal-mahal beberapa tahun sekarang ini, perlawanannya dimana? Apa Cuma untuk gaya-gayaan ?
Perlawanan orang berjilbab jaman sekarang ya seharusnya antitesa
dari fashion hijabers. Misalnya dengan tidak mahal dan dengan model sederhana.
Lawan pasar masa kini yang menyebarkan virus-virus pakaian yang gak sesuai
agama islam, pakaian yang seksi ala barat dll. Tetapi apa kecendrungan yang
terjadi akhir akhir ini ?
Selebriti bahkan ada istri ustadz saat ini pada ngiklanin baju syar'i dgn harga gamis
diatas Rp 400 ribu, jilbab selembar diatas 200 ribu . Belum aksesoris dan Make up halalnya, Sederhananya dimana? Kadang
saya mikir Dakwah biar muslimah mau berhijab kok nampilin Islam dengan branded
cloth mahal. Islam yg berpihak pada proletarnya mana?
Hijabers modis-modis dan "syar'i" dengan harga baju mahal
itu mau nampilin Islam yang berpihak pada proletar atau Islam yang memperluas
jurang kelas sih?
Pesan saya sih Cuma satu
Kalau kamu bisa beli barang mahal, apapun itu, curigai diri sendiri.
Jangan ada hak orang lain di dalamnya.
Jangan sampai pakaian mahalmu yang modelnya
Syar'i itu telah membuatmu abai sama kemiskinan di sekitarmu.
Oke sampai sini dulu aja opini saya tentang perempuan yang
menggunakan jilbab. Maaf bila ada pihak yang ngerasa tersinggung ama post saya
ini. wasalamualaikum *pamit*
tumben lu nulis tentang hijab bang, btw bener juga sih opini lu hehe
BalasHapusbener banget bang tulisan lu, kadang gue liat ibu-ibu pengajian bukannya islam yang di tonjolin tapi saing saingan baju ame jilbab mahal
BalasHapusbener bang post lo ini, gue dulu pernah ikut komunitas hijabers dan akhirnya gue ribet sendiri dengan pakaian ala mereka haha
BalasHapusgue kadang heran sama wanita yang make jilbab beribet banget bang kesannya kayak nyekek leher mereka hahaha
BalasHapusbang tulis artikel tentang cinta lagi dong kangen bacanya hehe
BalasHapussetuju gue bang dengan artikel lu, entah apa yang di banggain dari dian pelangi itu, hijab mereka terkesan mewah-mewahan kadang gak sesuai syari gak sesuai sama ciri kesederhanaan islam
BalasHapusbang istri ustadz yang lu maksud yang iklanya bermewah-mewahan itu istrinya ustadz solmed jasmine ya ?
BalasHapustapi menurut gue hidup atau hijab mewah itu tergantung pandangan seseorangnya deh bang, gak bisa dan gak baik kita ngehakimin gitu
BalasHapus